KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tugas Pendidikan dan
Kewarganegaraan ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu secara langsung
maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana yang
diharapkan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunannya, makalah ini
masih jauh dalam kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan
yang ada supaya tidak terulang kembali.
Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis,
(
Azmil Anil Yamin Fajrus Sodiq )
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.............................................................................................................................
1
Daftar Isi
......................................................................................................................................
2
Bab I. Pendahuluan
......................................................................................................................
3
1.1 Latar
Belakang Masalah ..................................................................................................
3
1.2 Rumusan
Masalah ...........................................................................................................
3
1.3 Maksud
dan Tujuan
.........................................................................................................
4
Bab II. Pembahasan ......................................................................................................................
4
A. Definisi
Kemiskinan
........................................................................................................
4
B. Indikator-Indikator
Kemiskinan ......................................................................................
5
C. Faktor-Faktor
Penyebab Kemiskinan ..............................................................................
6
D. Perkembangan
Tingkat Kemiskinan di Indonesia ...........................................................
7
E. Tantangan
Kemiskinan di Indonesia ................................................................................
8
F. Kebijakan
dan Program Penuntasan Kemiskinan ............................................................
9
Bab III. Penutup
...........................................................................................................................
11
3.1
Kesimpulan
.....................................................................................................................
11
3.2
Saran
...............................................................................................................................
12
Daftar
Pustaka
..............................................................................................................................
13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keadaan
Perekonomian dewasa ini sangat memprihatinkan. Yang kita ketahui khususnya di
Indonesia kini terdapat berbagai permasalahan yang menyangkut mengenai kehidupan
bermasyarakat, antara lain masalah kemiskinan, masalah pengangguran, masalah
lingkungan hidup, dll. Permasalahan tersebut timbul akibat semakin meningkatnya
keadaan ekonomi yang tidak disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Khususnya
masyarakat menengah kebawah. Hingga kini kemiskinan masih menjadi bagian dari
persoalan terberat dan paling krusial di dunia ini.
Pada
kesempatan ini penulis mencoba memaparkan secara global kemiskinan negara-negara
di dunia, yaitu negara-negara berkembang yang nota-benenya ada di belahan benua
Asia. Kemudian juga pemaparan secara spesifik mengenai kemiskinan di Negara
Indonesia. Adapun yang dimaksudkan Negara berkembang adalah Negara yang
memiliki standar pendapatan rendah dengan infrastruktur yang relatif terbelakang
dan minimnya indeks perkembangan manusia dengan norma secara global. Dalam hal
ini kemiskinan tersebut meliputi sebagian Negara-negara Timur-Tengah, Asia
selatan, Asia tenggara dan Negara-negara pinggiran benua Asia.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
permasalahan kemiskinan yang terjadi, penulis mencoba untuk mengidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1.
Apa definisi dari kemiskinan?
2.
Apa indikator terjadinya kemiskinan?
3.
Faktor apa saja yang menjadi penyebab
kemiskinan?
4.
Bagaimanakah tingkat perkembangan
kemiskinan di Indonesia?
5.
Apa tantangan dalam menghadapi kemiskinan
di Indonesia?
6.
Kebijakan dan Program Penuntasan
Kemiskinan di Indonesia?
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun
maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1.
Menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesia
yang mampu dalam hal materi agar ikut berperan serta untuk mengentaskan
kemiskinan di Indonesia.
2.
Memberikan informasi kepada masyarakat
Indonesia untuk menghadapi kemiskinan yang merupakan tantangan global dunia
ketiga.
3.
Untuk mengetahui sejauh mana upaya
pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
4.
Makalah ini diharapkan dapat menambah
referensi pustaka yang berhubungan dengan permasalahan dan upaya penyelesaian
kemiskinan di Indonesia.
5.
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah
satu pemenuhan tugas terstruktur dari mata pelajaran Pendidikan dan
Kewarganegaraan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Kemiskinan
Dalam
kamus ilmiah populer, kata “Miskin” mengandung arti tidak berharta (harta yang
ada tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata “fakir” diartikan
sebagai orang yang sangat miskin. Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu
bahwa kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini bermula sejak masa
neo-klasik di mana kemiskinan hanya dilihat dari interaksi negatif
(ketidakseimbangan) antara pekerja dan upah yang diperoleh.
Kemiskinan
juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tersebut tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau bisa dikatakan dengan suatu
kondisi serba kekurangan dalam arti minimnya materi yang dimana mereka ini
tidak dapat menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan
kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.
Seiring
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perkembangan arti definitif
dari pada kemiskinan adalah sebuah keniscayaan. Berawal dari sekedar
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan hingga
pengertian yang lebih luas yang memasukkan komponen-komponen sosial dan moral.
Misal, pendapat yang diutarakan oleh Ali Khomsan bahwa kemiskinan timbul oleh
karena minimnya penyediaan lapangan kerja di berbagai sektor, baik sektor
industri maupun pembangunan. Senada dengan pendapat di atas adalah bahwasanya
kemiskinan ditimbulkan oleh ketidakadilan faktor produksi, atau kemiskinan
adalah ketidakberdayaan masyarakat terhadap sistem yang diterapkan oleh
pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan
tereksploitasi. Arti definitif ini lebih dikenal dengan kemiskinan struktural.
Kemiskinan
dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif
dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila
hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan,
pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di
atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat
sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau
sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya
sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
B.
Indikator-Indikator
Kemiskinan
Untuk
menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail
indikator-indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator-indikator kemiskinan
sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagai berikut :
1.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi
dasar (sandang, pangan dan papan).
2.
Tidak adanya akses terhadap kebutuhan
hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan
transportasi).
3.
Tidak adanya jaminan masa depan (karena
tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).
4.
Kerentanan terhadap goncangan yang
bersifat individual maupun massa.
5.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan
terbatasnya sumber daya alam.
6.
Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial
masyarakat.
7.
Tidak adanya akses dalam lapangan kerja
dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
8.
Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat
fisik maupun mental.
9.
Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan
sosial (anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga, janda
miskin, kelompok marginal dan terpencil).
C.
Faktor-Faktor
Penyebab Kemiskinan
Ada
dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu kemiskinan alami
dan kemiskinan buatan. Kemiskinan alami terjadi akibat sumber daya alam (SDA)
yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan
diakibatkan oleh imbas dari para birokrat kurang berkompeten dalam penguasaan
ekonomi dan berbagai fasilitas yang tersedia, sehingga mengakibatkan susahnya
untuk keluar dari kemelut kemiskinan tersebut. Dampaknya, para ekonom selalu
gencar mengkritik kebijakan pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan
ketimbang dari pemerataan.
Di
bawah ini beberapa penyebab kemiskinan menurut pendapat Karimah Kuraiyyim, yang
antara lain adalah:
1.
Merosotnya standar perkembangan pendapatan
per-kapita secara global.
Yang penting digaris bawahi di sini
adalah bahwa standar pendapatan per-kapita bergerak seimbang dengan
produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas berangsur
meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya,
seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun
beriringan. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar
perkembangan pendapatan per-kapita:
·
Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
·
Politik ekonomi yang tidak sehat.
·
Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
1) Rusaknya
syarat-syarat perdagangan
2) Beban
hutang
3) Kurangnya
bantuan luar negeri, dan
4) Perang
2.
Menurunnya etos kerja dan produktivitas
masyarakat.
Terlihat jelas faktor ini sangat urgent dalam pengaruhnya terhadap
kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas
masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan
kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal
3.
Biaya kehidupan yang tinggi.
Melonjak tingginya biaya kehidupan
di suatu daerah adalah sebagai akibat dari tidak adanya keseimbangan pendapatan
atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita
di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli,
lemahnya peranan wanita di depan publik dan banyaknya pengangguran.
4.
Pembagian subsidi in come pemerintah yang
kurang merata.
Hal ini selain menyulitkan akan
terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga
secara tidak langsung mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain
rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara.
Selain
itu, ada juga penyebab utama lain dari timbulnya kemiskinan ini, diantaranya :
§ Terbatasnya
kecukupan dan mutu pangan
§ Terbatasnya
akses serta rendahnya mutu layanan kesehatan, pendidikan, dan sempitnya
lapangan pekerjaan
§ Kurangnya
pengawasan serta perlindungan terhadap asset usaha
§ Kurangnya
penyesuaian terhadap gaji upah yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang
dilakukan seseorang
§ Memburuknya
kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam
§ Besarnya
beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga.
§ Tata
kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas
dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan sosial terhadap
masyarakat.
D.
Perkembangan
Tingkat Kemiskinan di Indonesia
Laporan
Bank Pembangunan Asia (ADB) menyebutkan bahwa dalam lima tahun terakhir keadaan
kemiskinan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini diduga karena pesatnya
pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan meningkatnya Gross Domestic
Product (GDP) dan atau disebabkan semakin luasnya kesenjangan social.
Hingga
kini kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang menjadi isu sentral di
Indonesia. Lebih dari 110 juta orang Indonesia hidup dengan penghasilan kurang dari
US$ 2 per hari. Jumlah ini sama dengan jumlah penduduk Malaysia, Vietnam, dan
Kamboja jika digabungkan. Sebagian besar penduduk miskin di Asia Tenggara
tinggal di Indonesia.
Kemiskinan menjadi alasan rendahnya Human
Development Index (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia. Secara menyeluruh,
kualitas manusia Indonesia relatif sangat rendah jika dibandingkan dengan
kualitas manusia di negara-negara lain di dunia. United Nations Development
Programme (UNDP) menempatkan HDI Indonesia di peringkat 124 dari 187 negara
pada tahun 2011. Di tahun yang sama, jumlah penduduk miskin di Indonesia
mencapai 30 juta orang, sebesar 37% dari jumlah tersebut berada di daerah
perkotaan dan 63% di daerah pedesaan.
Kemiskinan
menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan secara
terbatas, membuat anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas,
kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya kemampuan untuk menabung dan
berinvestasi, minimnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan
dan jaminan sosial, serta menguatnya arus urbanisasi ke kota.
E.
Tantangan
Kemiskinan di Indonesia
Masalah
kemiskinan di Indonesia sarat sekali hubungannya dengan rendahnya tingkat
Sumber Daya Manusia (SDM). dibuktikan oleh rendahnya mutu kehidupan masyarakat
Indonesia meskipun kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Sebagaimana yang
ditunjukkan oleh rendahnya Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) Indonesia pada
tahun 2002 sebesar 0,692. yang masih menempati peringkat lebih rendah dari
Malaysia dan Thailand di antara negara-negara ASEAN. Sementara, Indeks
Kemiskinan Manusia (IKM) Indonesia pada tahun yang sama sebesar 0,178. masih
lebih tinggi dari Filipina dan Thailand. Selain itu, kesenjangan gender di
Indonesia masih relatif lebih besar dibanding negara ASEAN lainnya.
Tantangan
lainnya adalah kesenjangan antara desa dan kota. Proporsi penduduk miskin di
pedesaan relatif lebih tinggi dibanding perkotaan. Data Susenas (National
Social Ekonomi Survey) 2004 menunjukkan bahwa sekitar 69,0 % penduduk Indonesia
termasuk penduduk miskin yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian.
Selain itu juga tantangan yang sangat memilukan adalah kemiskinan di alami oleh
kaum perempuan yang ditunjukkan oleh rendahnya kualitas hidup dan peranan
wanita, terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta masih
rendahnya angka pembangunan gender (Gender-related Development Indeks, GDI) dan
angka Indeks pemberdayaan Gender(Gender Empowerment Measurement,GEM).
Tantangan
selanjutnya adalah otonomi daerah. di mana hal ini mempunyai peran yang sangat
signifikan untuk mengentaskan atau menjerumuskan masyarakat dari kemiskinan.
Sebab ketika meningkatnya peran keikutsertaan pemerintah daerah dalam
penanggulangan kemiskinan. maka tidak mustahil dalam jangka waktu yang relatif
singkat kita akan bisa mengentaskan masyarakat dari kemiskinan pada skala
nasional terutama dalam mendekatkan pelayanan dasar bagi masyarakat. Akan
tetapi ketika pemerintah daerah kurang peka terhadap keadaan lingkungan
sekitar, hal ini sangat berpotensi sekali untuk membawa masyarakat ke jurang
kemiskinan, serta bisa menimbulkan bahaya laten dalam skala Nasional.
F.
Kebijakan
dan Program Penuntasan Kemiskinan
1)
Penanganan Masalah Kurang Gizi dan
Kekurangan Pangan
Penanganan masalah kurang gizi dan
kekurangan pangan meliputi:
·
Perbaikan gizi masyarakat dengan kegiatan
prioritas: penanggulangan kurang energi protein, anemia gizi besi, gangguan
akibat kurang yodium, kurang vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya pada rumah
tangga miskin.
·
Peningkatan ketahanan pangan dengan
kegiatan prioritas: penyaluran beras bersubsidi untuk keluarga miskin.
2)
Perluasan Kesempatan Masyarakat Miskin
Atas Pendidikan
Perluasan kesempatan masyarakat
miskin atas pendidikan meliputi kegiatan prioritas sebagai berikut :
·
Penyediaan bantuan operasional sekolah
untuk SD, SMP, Pesantren Salafiyah, dan satuan pendidikan non Islam setara SD
dan SMP.
·
Beasiswa siswa miskin jenjang SMA.
·
Pengembangan pendidikan untuk dapat
membaca.
3)
Perluasan kesempatan masyarakat miskin
atas kesehatan
Perluasan kesempatan masyarakat
miskin atas kesehatan meliputi kegiatan prioritas sebagai berikut :
·
Pelayanan kesehatan penduduk miskin di
Puskesmas
·
Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan dasar terutama di daerah perbatasan, terpencil, tertinggal, dan
kepulauan.
·
Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan
terutama untuk penanganan penyakit menular dan berpotensi wabah, pelayanan
kesehatan ibu dan anak, gizi buruk dan pelayanan ke gawat darurat.
·
Pelatihan teknis bidan dan tenaga
kesehatan untuk mengurangi tingkat kematian pada kelahiran.
4)
Perluasan Kesempatan Berusaha
Perluasan kesempatan berusaha
meliputi peningkatan dukungan pengembangan usaha bagi masyarakat miskin dengan
kegiatan pokok:
·
Percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah
rumah tangga miskin.
·
Penasehat penataan hak kepemilikan dan
sertifikasi lahan petani.
·
Penyediaan sarana dan prasarana untuk
usaha.
·
Pelatihan ketrampilan untuk menjalankan
usaha.
·
Peningkatan pelayanan koperasi sebagai
modal usaha
Upaya
penanggulangan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan menempatkan
penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan pembangunan
nasional. Kebijakan kemiskinan merupakan prioritas Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) setiap tahun serta digunakan sebagai acuan bagi kementrian,
lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan tahunan.
Sebagai
wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan mencapai Tujuan
pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan Kemiskinan (SPNK) telah
disusun melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders
pembangunan di Indonesia. Selain itu, sekitar 60 % pemerintah kabupaten/ kota
telah membentuk Komite penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD) dan menyusun
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) sebagai dasar arus utama
penanggulangan kemiskinan di daerah dan mendorong gerakan sosial dalam
mengatasi kemiskinan.
Adapun
langkah jangka pendek yang diprioritaskan antara lain sebagai berikut:
·
Mengurangi kesenjangan antar daerah
dengan; (i) penyediaan sarana-sarana irigasi, air bersih dan sanitasi dasar
terutama daerah-daerah langka sumber air bersih. (ii) pembangunan jalan,
jembatan, dan dermaga daerah-daerah tertinggal. (iii) redistribusi sumber dana
kepada daerah-daerah yang memiliki pendapatan rendah dengan instrumen Dana
Alokasi Khusus (DAK).
·
Perluasan kesempatan kerja dan berusaha
dilakukan melalui bantuan dana stimulan untuk modal usaha, pelatihan
keterampilan kerja dan meningkatkan investasi dan revitalisasi industri.
·
Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar
penduduk miskin diberikan pelayanan antara lain (i) pendidikan gratis sebagai
penuntasan program belajar 9 tahun termasuk tunjangan bagi murid yang kurang
mampu (ii) jaminan pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di
puskesmas dan rumah sakit kelas tiga.
Di bawah ini merupakan contoh dari upaya
mengatasi kemiskinan di Indonesia :
Contoh
dari upaya kemiskinan adalah di propinsi Jawa Barat tepatnya di Bandung dengan
diadakannya Bandung Peduli yang dibentuk pada tanggal 23 – 25 Februari 1998.
Bandung Peduli adalah gerakan kemanusiaan yang memfokuskan kegiatannya pada
upaya menolong orang kelaparan, dan mengentaskan orang-orang yang berada di
bawah garis kemiskinan. Dalam melakukan kegiatan, Bandung Peduli berpegang
teguh pada wawasan kemanusiaan, tanpa mengindahkan perbedaan suku, ras, agama,
kepercayaan, ataupun haluan politik.
Oleh
karena sumbangan dari para dermawan tidak terlalu besar bila dibandingkan
dengan permasalahan kelaparan dan kemiskinan yang dihadapi, maka Bandung Peduli
melakukan targetting dengan sasaran bahwa orang yang dibantu tinggal di
Kabupaten/ Kotamadya Bandung, dan mereka yang tergolong fakir. Golongan fakir
yang dimaksud adalah orang yang miskin sekali dan paling miskin bila diukur
dengan “Ekuivalen Nilai Tukar Beras”.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari sikap
pemaknaan kita terhadap kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu hal yang alami
dalam kehidupan. Dalam artian bahwa semakin meningkatnya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan semakin banyak. Pengentasan
masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan
masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini adalah tugas dan
tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.
3.2 Saran
Adapun
saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1.
Pemerintah sebaiknya menjalankan program
terpadu secara serius dan bertanggung jawab agar dapat segera mengatasi masalah
kemiskinan di Indonesia
2.
Sebagai warga negara Indonesia yang baik,
mari kita dukung semua program pemerintah dengan sungguh-sungguh demi masa
depan bangsa dan negara Indonesia terbebas dari kemiskinan.
3.
Marilah kita tingkatkan kepedulian dan
kepekaan sosial untuk membantu saudara kita yang masih mengalami kemiskinan.
DAFTAR
PUSTAKA
BalasHapusThanks infonya. Oiya ngomongin kemiskinan, ada loh orang-orang yang akhirnya jatoh miskin karena foya-foya. Siapa aja mereka? Temen-temen bisa cek di sini: miskin karena foya-foya